Bagaimana Stoicism Merubah hidup Saya | Cerita 1

 Beberapa hari yang lalu saya chat teman saya guna memberi tahu dia kalo ada film komedi yang baru tayang di bioskop dan menurut review di story instagram seorang teman katanya sih bagus, dia kasih skor 9/10. Kebetulan juga teman yang sedang saya chat ini anaknya suka dengan film komedi. Malam itu dia cuma membalas,"Oke besok coba aku tonton".

"Mau bareng?", tanya saya.

"Jam berapa?", tanya dia balik.

"Ya sesuai jadwalnya 13.00".

Setelah itu dia tidak membalas lagi. 

Saya pribadi adalah orang yang kalau misal janjian ya saya langsung berangkat saja tanpa perlu konfirmasi jadi atau enggak. Dan kebetulan teman saya ini tidak ada konfirmasi jadi atau tidak, kalau pun tidak jadi biasanya dia akan kasih kabar. Alhasil saya berangkat saja dan mengabari teman saya bahwa saya jadi berangkat.

Sesampainya di bioskop saya chat teman saya tadi dan tidak ada respon. Akhirnya saya putuskan untuk menelponnya namun tak kunjung diangkat. Daripada musingin orang yang tidak jelas saya terus berjalan saja menuju loket untuk memesan 1 tiket film Srimulat dan 1 porsi popcorn.

Apa yang saya rasakan saat itu biasa saja, saya tetap bisa menikmati popcorn saya, saya masih bisa ngobrol santai dengan orang yang duduk di sebelah saya saat di ruang tunggu, dan saya merasa semuanya baik-baik saja. Mungkin respon saya akan berbeda andai saya belum mengenal stoicism. Saya akan merasa kesal, jengkel, marah, karena kelakuan teman saya yang menyebalkan. Tapi itu dulu, sebelum stoicism mengubah hidup saya jadi lebih santuy.

Komentar