Bagaimana Stoicism Merubah Hidup Teman Saya | Cerita 2

 Saya punya seorang teman dan dia ini mudah sekali stres. Ditambah lagi dia suka overthinking yang mana hal tersebut membuat dia semakin stres. Setiap hari ketika dia berangkat kerja di dalam kepalanya selalu muncul kekhawatiran tentang hal-hal buruk apa yang nantinya akan terjadi di tempat kerja. Sebuah pikiran dan emosi yang buruk untuk memulai hari yang baru. Tapi hari-harinya sekarang jadi lebih baik setelah dia menerapkan filsafat stoa (stoicism) ke dalam hidupnya.

Setelah memahami tentang konsep dikotomi kendali dalam stoicism, teman saya sadar bahwa hal-hal buruk yang akan terjadi di tempat kerjanya nanti adalah hal yang di luar kendali/kontrol dia. Alih-alih memfokuskan diri untuk berusaha mengontrol hal yang tidak bisa dia kontrol, lebih baik memfokuskan diri untuk mengerjakan hal-hal yang bisa dia kontrol.

Lalu apakah pikiran-pikiran buruk yang terlintas setiap dia berangkat kerja juga ikut menghilang setelah memahami stoicism?

Tidak. Teman saya tetap memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi di tempat kerjanya tetapi dengan sudut pandang yang baru. Jika sebelumnya dia menjadi stres dengan pikiran-pikiran buruknya, sekarang dia jadi lebih santai karena toh hal buruk yang mungkin akan terjadi nanti adalah hal yang di luar kendali dia. Dan karena teman saya sudah memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi, dia jadi tidak kaget jika kemungkinan buruk tersebut benar-benar terjadi di tempat kerjanya karena dia sudah tahu dan siap sejak awal bahwa hal itu akan terjadi. Hal ini disebut Premeditatio Malorum dalam stoicism, yaitu memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi sehingga kita jadi lebih siap dan santuy ketika kemungkinan buruk itu terjadi.

Saya ikut senang mendengar cerita dari teman saya ini. Akhirnya teman saya punya mental yang lebih kuat, alhasil jadi tidak lagi mudah stres. 

Komentar